Senin, 08 Oktober 2012

Selat Madura



http://k3b4ng3t4n.blogspot.com/

SELAT MADURA


Selat Madura, adalah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Madura Jarak terdekat antara kedua pulau ini berada di ujung timur Pulau Jawa yaitu Kabupaten Gresik dan kota Surabaya dan di ujung barat Pulau Madura yaitu wilayah Kabupaten Bangkalan.




Selat Madura terdapat pulau-pulau kecil, diantaranya :
  • Pulau Kambing adalah sebuah pulau kecil di Selat Madura, yakni di lepas pantai selatanPulau Madura. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sampang Jawa Timur. Hampir semua penduduk pulau ini adalahSuku Madura. Pulau Kambing merupakan  pulau di Selat madura di Indonesia dengan luas area - 20 km ². Secara administratif milik provinsi Jawa Timur, kabupaten Sampang .Pulau ini memiliki bentuk oval dengan tepi curam. Titik tertinggi dari sekitar 2.500 ribu kaki.
  • Pulau Giliraja adalah sebuah Pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Madura. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Giligenteng, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Giliganteng sendiri merupakan nama sebuah pulau di sebelah timur Gili Raja.  Hampir semua penduduk pulau ini adalah Suku Madura.
  • Pulau Genteng adalah pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Madura. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Giligenteng, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur.
  • Pulau Ketapang adalah sebuah pulau kecil di Selat Madura, tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya sekitar 68 ha, dan jumlah penduduknya 7.600 jiwa (2004), yang sebagian besar adalah Suku Madura dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Penduduk pulau ini dikenal relatif makmur. Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo. Pulau terebut dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Menurut legenda setempat, pulau ini dulunya menyatu dengan daratan Desa Ketapang Pulau Jawa, yang kemudian secara gaib bergerak lamban ke tengah laut, karena gempa yang dahsyat akibat letusan Gunung Semeru. Nama Gili Ketapang berasal dari bahasa sansekerta, gili yang artinya pulau kecil, dan Ketapang nama pohon.
Jalur penyebrangan enghubungkan Selat Madura antara Pelabuhan Ujung di Surabaya dan Pelabuhan Kamal di Pulau Madura Kabupaten Bangkalan. Sejak tahun 2003, Jembatan Suramadu telah dicanangkan pembangunannya, dan pada bulan Juni 2009 jembatan ini telah resmi digunakan.


       Selat Madura mempunyai legenda yang unik yaitu pada zaman dahulu terdapat suatu desa yaitu desa Menep dan desa purbaya. Desa Menep adalah desa yang makmur dan kaya raya. Rakyatnya hidup rukun, aman, tentram dan damai. Tidak ada kejahatan di desa itu. Karenanya, desa Menep menjadi desa yang sangat terkenal.

Lurah Menep yang arif, bijaksana, tegas dan keras, menerapkan disiplin pada warganya. Putra sang Lurah yakni Koncar dan Kamal. Keduanya anak yang berbudi baik dan suka menolong warga desa. Mereka bersahabat dengan Buto Gigi Emas, raksasa yang baik hati dan juga suka menolong warga. Di desa lain, yakni desa Purbaya adalah kebalikan dari desa Menep. Di sana adalah desa yang miskin, penuh pencuri dan perampok. Rakyatnya hidup sengsara karena dipimpin oleh Lurah yang tamak dan suka memeras rakyatnya. Lurah Purbaya memiliki dua orang anak laki-laki dan satu perempuan. Mereka adalah Dadali, Subali dan Sundari. Semua prangai keluarga itu sangat buruk. Pada suatu hari, warga desa Purbaya hijrah dan menetap di desa Menep. Tentunya Lurah Purbaya marah dan sakit hati. Dengan bantuan Ratu Kodok, Lurah Purbaya menggelar perlombaan, yakni Karapan Anak-anak (seperti karapan sapi, namun ditarik oleh anak-anak) antar desa. Dan hadiah adalah seekor sapi abang, hewan piaraan kesayangan Lurah Purbaya. Pesertanya pun datang dari berbagai kota, termasuk dari desa Menep, Koncar dan Kamal. Seluruh warga desa Menep pun mendukung sehingga desa menjadi sepi. Gadag dan Gedeg berusaha menggarong dan membakar desa, namun tertangkap oleh Buto Gigi Emas, yang akhirnya terkena hukuman cambuk rotan. Lomba dimenangkan oleh warga desa Menep. Lurah Purbaya kesal karena dikalahkan oleh desa sebelah. Apalagi mengetahui anak buahnya, Gedeg dan Gadag dihukum oleh Lurah Desa Menep, Lurah Purbaya tambah dendam. Diam-diam Lurah Purbaya menaruh peti perhiasan di tengah jalan desa Menep sebagai jebakan. Namun tak seorangpun warga menyentuhnya karena takut akan peraturan yang ada. Lurah Purbaya dan keluarganya kemudian datang ke desa Menep dengan menyamar sebagai pengemis. Betapa kagetnya mereka karena di desa Menep tak ada pengemis. Warga desa Purbaya pun berlomba-lomba memberikan sedekah pada pengemis itu. Lalu mereka menemui Lurah Menep. Mereka dijamu sebagai tamu terhormat, karena menurut adapt desa Menep “tamu adalah raja”. Namun niat jahat Lurah Purbaya dan keluarganya tidak pernah padam. Kemudian Lurah Purbaya menaruh kurungan berisi seekor kelinci yang dilumuri getah merah daun jati sehingga terlihat seperti terluka. Kurungan itupun diletakkan di jalan. Banyak yang kasihan pada kelinci itu. Namun mereka acuh saja karena takut dianggap mencuri. Dan kebetulan Koncar dan Kamal lewat. Kamal mengingatkan Koncar agar tidak menyentuhnya. Namun Koncar membuka sangkar itu. Ia ingin menolong si kelinci yang terlihat terluka. Dan pada waktu yang bersamaan Lurah Purbaya muncul dan berteriak maling. Koncarpun dibawa menghadap ayahnya. Kyai Bangkalan yang menjadi Hakim curiga dengan jebakan itu. Namun karena adanya barang bukti, dengan berat hati Lurah Menep pun mengikhlaskan Koncar dihukum sesuai peraturan yang ada. Tapi Carik Sadin tidak bersedia melaksanakan eksekusi. Akhirnya dengan berurai air mata, Lurah Menep harus menghukum dengan pukul anaknya sendiri menggunakan rotan sebanyak 100x dan diusir dari desa. Keluarga Lurah Purbaya meninggalkan desa Menep dengan berpuas hati. Sementara Kamal menggendong Koncar meninggalkan desa. Buto Gigi Emas membekalinya dengan tempayan berisi air garam. Di perbatasan desa mereka menemui Lurah Purbaya. Kamal bersumpah untuk tidak melihat keluarga Purbaya selama-lamanya. Tempayan air garam pemberian Buto Gigi Emas itu kemudian dibanting ke tanah, secara ajaib, air tempayan itu tumbuh dan membesar menjadi gelombang lautan juga selat yang memisahkan tanah Jawa dan Madura. Konon selat itu dinamakan Selat Madura.

4 komentar: